MEMBANGUN JIWA ENTREPRENEUR DIKALANGAN MAHASISWA
“Hal penting yang perlu dilakukan adalah berdiri dan melakukan sesuatu, Ya ! sesederhana itu. Banyak orang punya ide, tapi hanya sebagian kecil yang mewujudkannya. Tidak besok, tidak minggu depan. Tapi hari ini. Entrepreneur sejati adalah pelaku, bukan pemimpi. – Nolan Bushnell ”.
Sejak dibangku kanak-kanak, sering kali kita ditanya oleh guru tentang apa yang menjadi cita-cita dimasa depan, jawaban dari siswapun bervariasi ada yang ingin menjadi pilot, guru, tentara, polisi, dokter, dan sebagainya, akan tetapi sangat jarang seorang siswa yang menjawab ingin menjadi seorang pengusaha sukses. Sehingga dari situlah tampak sekali bahwa sejak kecil impian untuk menjadi seorang entrepreneur sangat kecil dan masih bercita-cita untuk menjadi seorang pegawai.
Persaingan dunia kerja pada tahun 2015 ini sudah sangat ketat, lulusan Strata 1 (S1) dalam perguruan tinggi baik negeri maupun swasta selalu meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistika (BPS) pada tahun 2015, jumlah lulusan S1 yang masih menganggur sebesar 360.000 orang, hal tersebut tentunya disebabkan oleh berbagai permasalahan, salah satunya adalah tingkat lowongan kerja yang masih sangat minim. Selain itu mahasiswa diperguruan tinggi banyak yang tidak diberikan bekal pendidikan entrepreneur, sehingga menyebabkan mahasiswa tidak memiliki skill untuk berwirausaha. Padahal mulai tahun 2015 Masyarakat Ekonomi ASEAN akan diberlakukan, negara-negara anggota ASEAN seperti Thailand, Malaysia, Singapura, Myanmar, Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Vietnam, dan Indonesia tidak lagi boleh membatasi dalam bidang ekspor-impor maupun tenaga kerja dari sesama anggota ASEAN.
Dengan adanya MEA tentunya sangat mempengaruhi tingkat tenaga kerja dari luar negeri yang masuk ke Indonesia, dikarenakan tidak adanya pembatasan tenaga kerja dari luar negeri unuk masuk ke Indonesia dan sebaliknya. Apabila kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) kita tidak ditingkatkan tentunya akan sangat sulit untuk bersaing dan bisa diganti tenaga ahli dari luar negeri oleh perusahan. Sehingga untuk meningkatkan kualitas output mahasiswa dari perguruan tinggi agar mampu bersaing di kancah Internasional, tentunya saat masih menjadi seorang mahasiswa harus banyak dibekali wawasan baik dalam dunia kerja maupun bidang entrepreneur. Dalam hal tersebut peran dari dosen, alumni, maupun organisasi intra kampus sangat diperlukan, pembelajaran dalam kelas oleh dosen seharusnya tidak hanya semata-mata menjelaskan materi saja akan tetapi juga harus diselangi dengan pemberian informasi-informasi ter-update tentang perkembangan dalam dunia kerja seperti peraturan terbaru tentang sistem outsoursing atau pemindahan pekerjaan dari satu perusahaan ke perusahaan lain. Hal ini biasanya dilakukan untuk memperkecil biaya produksi agar perusahaan tidak mengalami kerugian disaat terjadi inflasi. Selain itu dosen juga dapat memberikan beberapa informasi seperti maranya Multilevel Marketing (MLM) yang beredar dikalangan mahasiswa, sebab dari sistem MLM sendiri sangat merugikan karena apabila kita sebagai anggota tidak dapat melakukan rekruitmen anggota, kita tidak akan mendapatkan hasil apa-apa dan hanya menguntungkan bagi pihak yang berada di level tertinggi, beberapa MLM yang berkembang dikalangan mahasiswa antara lain Tupperware, Duta, Propolis, dan masih banyak lagi.
Selain peran dari dosen, peran alumni juga sangat dibutuhkan dalam membentuk jiwa kemandirian serta pengembangan wawasan mahasiswa, salah satu halnya yang dapat dilakukan oleh alumni yaitu memberikan sosialisasi tentang bagaimana dunia kerja dalam bidang yang mereka tekuni, seperti dalam berbagai perusahaan baik milik BUMN, Swasta, maupun Negeri. Tentunya dalam setiap perusahaan tersebut, memiliki sistem pengelolaan yang berbeda-beda, sehingga mahasiswa perlu diberikan informasi agar disaat bekerja mereka sudah memiliki pandangan.
Organisasi intra kampus juga harus berperan dalam membentuk mental mahasiswa untuk menghadapi persaingan global, seperti dengan mengadakan lomba buisness plan, seminar tentang kewirausahaan atau tentang bagaimana menghadapi MEA 2015, ataupun mengadakan event entrepreneur day, dimana setiap mahasiswa dapat berkontribusi dalam event tersebut dengan membuka lapak yang telah mereka miliki agar lebih dikenal dan menjadi salah satu sarana untuk melakukan promosi serta mengembangkan usaha-usaha yang telah mereka rilis.
Untuk membentuk jiwa entrepreneur tentunya harus dimulai sejak dini, beberapa hal yang bisa dilakukan oleh mahasiswa dalam memulai berwirausaha yaitu membangun usaha kecil-kecilan dengan modal minimalis. Usaha yang dapat mahasiswa lakukan tanpa mengganggu perkuliahan adalah bisnis online shop, karena dalam bisnis ini kita tidak memerlukan ruang untuk berbisnis, serta dalam pemasarannya kita hanya memerlukan aktif promosi dalam jejaring sosial seperti facebook, tweeter, BBM, line, dan sebagainya. Selain online shop, mahasiswa juga dapat membuat usaha makanan ringan yang dititipkan baik di koprasi mahasiswa maupun di kantin.
Selain mendirikan usaha pribadi, mahasiswa juga dapat mendirikan usaha waralaba atau Franchise, yaitu sebuah bisnis atau usaha yang dijual kepada orang lain kemudian pembeli usaha tersebut menjalankan usahanya dengan berdasarkan ketentuan dari pihak penjual bisnis. Bisnis Franchise juga dapat diartikan sebagai pembelian nama atau merek tertentu untuk dijalankan oleh orang lain. Akan tetapi banyak hal yang harus diperhatikan dalam melakukan bisnis Franchise, antara lain:
2. Menganalisis produk usaha Franchise, apakah usaha tersebut selalu profit atau tidak.
3. Menyelidiki kondisi keuangan Franchise.
4. Mengetahui kinerja outlet atau gerai yang telah ada.
5. Pelajari dan pertimbangkan secara matang draft dan kontrak dengan baik.
6. Pilihlah bisnis Franchise yang sesuai dengan modal anda.
Ada beberapa usaha Franchise yang berkembang di Indonesia seperti, Kebab Baba Rafi, Tela Krezz, Buana Burger, Campina Scoop Counter, God Tea, Royal Krepes, Wedang Plus, Aladin’s, dan sebagainya. Salah satu yang cukup berkembang pesat saat ini adalah Franchise Kebab Turki Baba Rafi, apabila anda ingin mengembangkan usaha Franchise ini, berikut adalah rincian anggaran yang harus dikeluarkan untuk usaha Kebab Turki Baba Rafi :
Investasi Awal Termasuk Untuk Perlengapan Rp.55.000.000Pemasukan
Omset rata-rata per hari Rp. 470.000
Omset rata-rata per bulan Rp.14.100.000
Pengeluaran
Pemakaian bahan baku 50% Rp. 7.050.000
Komisi dan gaji pegawai 10% Rp. 1.410.000
Sewa tempat dan operasional 8% Rp. 1.128.000
Penyusutan 2% Rp. 282.000
Royalty fee 5% Rp. 705.000
Total Pengeluaran Rp10.575.000
Keuntungan = Rp.14.100.000 - Rp.10.575.000 = Rp 3.525.000
Balik Modal = Rp.55.000.000 : Rp. 3.525.000 = 16 Bulan
Dari dua macam cara untuk mendirikan usaha yang telah dipaparkan, tentunya kita dapat menentukan usaha mana yang sesuai dengan modal dan kesanggupan untuk mengelola, karena segala sesuatu harus dimulai sejak kecil sehingga akan menjadi besar, serta jangan takut gagal serta selalu berusaha.
Dalam menghadapi persaingan kerja saat ini, tentunya kita dituntut untuk lebih mampu berfikir maju, jangan hanya ketergantungan dengan lowongan pekerjaan akan tetapi mari kita berusaha untuk mendirikan peluang usaha sejak dini dan berfikir entrepreneurship. Sehingga dari situlah Indonesia dapat maju dan mandiri serta dapat bersaing dalam bidang perekonomian terhadap perkembangan global.
Daftar Pustaka :
Hartanti, Dewi. 2010. Bisnis Franchise Modal 2 Juta. Yogyakarta. Indonesia Cerdas
Sasongko, Hermawan. 2014. Mengurus Dokumen Perizinan Bisnis. Yogyakarta. Araska
http://Wikipedia.com/Franchise/diunduh pada 30 mei 2015
0 komentar:
Posting Komentar